Wednesday, April 25, 2018

Harus Apa?

"Katanya kamu suka sama aku, tapi kok gak ada usahanya?" ucap kamu dengan asal.

"Selama ini yang aku lakuin itu apa?

Aku menghubungi kamu duluan, aku susah payah cari topik pembicaraan yang ujung-ujungnya cuma kamu baca, aku berusaha menghafal warna kesukaan kamu, hobi kamu, bahkan jadwal dan kesibukan kamu.

Terus kamu bilang aku gak ada usahanya?

Aku ngejar kamu, lari-lari, tapi kamu juga ikutan lari dan semakin menjauh. Aku teriak memanggilmu dengan sisa napas yang tersisa, namun kamu tak acuh.

Aku harus sadar diri. Harus tahu kapan berhenti, harus tahu berapa lama menunggu, harus peduli dengan keadaan hati aku, dan seharusnya kamu sadar diri juga, disini ada raga yang menunggu untuk dipedulikan, ada hati yang mati-matian menghalau objek lain untuk mendekat.

Aku harus memilih, berhenti atau tetap lari menggapaimu, pun begitu juga kamu, terima aku atau biarkan aku pergi."

Share:

Thursday, April 19, 2018

Beda, Bukan Prioritas

Aku menghubungimu lagi,
Menghubungimu duluan untuk kesekian kalinya
Tapi tak langsung mendapatkan jawaban
Pikirku, mungkin kau sedang sibuk.

Sehari kemudian,
Ku lihat kau disosial media
Memberikan komentar dihalaman rumah orang yang tak kukenal.
Pikirku, apa yang akan kau tuliskan di beranda percakapan kita.

Hatiku seketika membuncah,
Melihat ke halaman percakapan,
Hanya ada balasan membaca darimu
Pikirku, mungkin kau sedang sibuk.

Share:

#RemahRemehRasa02

Aku tak melepasmu pun juga tak melupakanmu.
Aku hanya sejenak, pergi meninggalkan kepingan itu,
Untuk suatu hari ku tagih kembali.

Aku tak melepasmu pun juga tak melupakanmu.
Kucuri secercah senyum juga rona merah wajahmu,
Untuk suatu hari kau ambil kembali.

Dan kita akan sama-sama bertemu,
Saling membutuhkan fragmen itu kembali.

/zlf/

Share:

#RemahRemehRasa01

Jika antonim aku adalah kamu
Maka kita sebagai penengah
Jika antonim pergi adalah pulang
Maka temu jalan keluarnya
Jika antonim cinta adalah benci
Maka kupilih rindu sebagai penyampainya.

/zlf/

Share:

Tuesday, April 17, 2018

Aku Tresno Karo Joko!

Joko, hari ini april mop, namun seminggu lagi hari lahirmu.

Kuberi tahu dulu sebelum kamu membacanya tuntas. Berhubung diksi ini dirangkai pada tanggal 1 April, jadi hampir seluruh pernyataan disini adalah suatu kebohongan, tapi aku gak akan memberitahumu yang mana, kalau mau tahu ya hubungi aku. Jadi jangan marah, Joko. Kamu gak cocok.

Jika Fatimah mencintai Ali dengan diam, maka lain hal dengan aku yang memplokamirkannya secara terang-terangan. Emansipasi katanya.

Namun, lain hal dengan surat ini yang tak akan pernah sampai kepadamu, karena aku akan menyembunyikannya. Kecuali ada orang iseng yang tahu dan mengirimkannya kepadamu.

Akan kugunakan hari ulang tahunmu sebagai kesempatanku mengungkapkan perasaanku.

Aku suka padamu, Joko. Suka sekali, sampai rasanya inderaku tak berfungsi. Pendengaranku seketika menuli, ketika banyak kawan yang bilang kamu itu sering membuat para puan jatuh cinta, lalu menelantarkannya, dan aku akan jadi salah satu dari mereka. Perabaku mati rasa, karena jarak tak pernah berbaik hati kepadaku, temu tak pernah hadir, sedang jemari selalu menantikan tangan kokok milikmu. Yang terakhir adalah penglihatanku, hanya imaji sebelum tidur yang menampilkan rupamu, ketika di dunia nyata kau tak pernah mau bertemu.

Andai saja, mereka dapat berfungsi kembali, entah berapa kali syukur kupanjatkan dalam semenitnya, entah berapa liter air yang kuhabisi karena senyum tak dapat menyembunyikan cengirnya.

Jadi, selamat ulang tahun. Semoga temu akan segera berwujud. Aamiin.

Share: