"Aku takut."
"Kenapa?"
"Aku rasa ada yang salah dalam diriku. Kepalaku penuh dengan banyak hal dan aku takut. Aku takut mereka semakin liar di dalam sana dan berontak ketika aku tak dapat memuaskan apa yang mereka butuhkan. Rasanya menggigil walau cuaca sedang panas-panasnya. Mereka seperti menggentayangi tiap malam, memaksaku untuk tetap membuka mata. Di dalam dadaku, mereka seperti sengaja menaruh drum dan menabuhnya keras-keras. Dan, rasanya..."
"Rasanya seperti tidak ada yang mampu membantumu kan?"
"Ya.. Bagaimana kau tahu?"
"Mari duduk di sebelahku. Hari ini, sepenuhnya diriku untukmu. Kamu boleh menggunakan bahu ini untuk menangis. Aku akan membiarkan telingaku pengang akibat teriakan yang sudah lama kau tahan. Singkatnya, aku ada dan kamu butuh aku."
Telapak tangannya yang basah membelai punggung tanganku perlahan.
Hangat dan menenangkan.
Sembari ia meneruskan pembicaraannya.
"Mari kita sama-sama rehat. Gak harus kok kamu memuaskan setiap keinginan semua hal yang menuntutmu. Gak harus kok kamu menjaga semua hal, biar kamu gak capek juga."
"Kadang aku merasa, ketika aku sibuk menjaga semua hal. Siapa yang akan menjagaku?"
"Tuhan akan senantiasa menjagamu. Lewat orang-orang yang mencintai dan mengasihimu. Salah satunya aku. Aku akan berusaha untuk menjagamu."
"Kalau aku terlalu bergantung kepadamu dan suatu saat kamu pergi, tidakkah kau pikir aku jadi lebih rapuh?"
"Tuhan telah mempercayakanku yang kuat untuk membuatmu tetap aman. InshaAllah. Jadi, kamu tidak perlu lagi merasa sendirian. Aku akan berusaha untuk memegang amanah Tuhan, dan kamu juga berusaha untuk senantiasa berbagi dan tidak lagi memendamnya sendirian."
0 comments:
Post a Comment