Thursday, May 9, 2019

Cerita Ibu Sebelum Tidur

Matahari telah tenggelam berganti dengan bulan. Lembayung senja telah didominasi oleh ungu kebiruan yang gelap. Ibu membiasakan kami untuk menyimak sebuah cerita sebelum tidur. Biasanya ibu akan membawakan dongeng bertajuk fantasi. Namun, pada malam ini berbeda. Ibu bilang, ibu akan menceritakan sepotong kisah yang dialaminya. Kami tentunya sangat tertarik, ini merupakan kesempatan emas sebab jarang untuk ibu bercerita tentang masa mudanya.

"Sebelum ibu bercerita, mari berbaring dengan nyaman." Suara lembutnya menjadi pengantar kisah malam ini.

Pada tahun 1998, ama, ibu, dan kedua adiknya tinggal di sebuah kota yang tergolong elite pada masa itu. Keluarganya bertahan hidup tanpa kehadiran seorang lelaki perkasa, maka dari itu setiap wanita di dalamnya saling melindungi. Ama, nenekku, bekerja sebagai seorang pengusaha mebel yang telah memiliki 5 ruko tersebar berdekatan. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai ketika kerusuhan itu dimulai.

"Ibu ingat betul bagaimana Lala menangis pulang dari sekolah seperti orang ketakutan. Mei menjelaskan bahwa mereka tiba-tiba didekati oleh sekumpulan lelaki dengan mata menyala marah."

"Mereka mau apa, bu?"

"Para lelaki tersebut mengusik mereka. Untungnya ada beberapa pemuda yang datang menghentikan perbuatannya. Sehari setelah itu keadaan semakin parah. Ama diberitahu oleh seluruh keluarga untuk bersembunyi sejauh mungkin sampai keadaan cukup aman."

"Lalu bu?"

"Kita lanjut ceritanya kapan-kapan, ya? Sudah malam ayo segera tidur."

"Yaah ibu.."

Aku rasa malam ini akan menjadi malam yang cukup panjang bagiku dan adikku, kontras dengan cerita ibu yang terlalu singkat. Entah esok atau lusa ibu akan menceritakan kelanjutan dari kisahnya, namun yang ku yakini bahwa ibu percaya kepada kami untuk berbagi perihal kisah masa lalunya

yang menurutku
mampu dijadikan sebuah mimpi buruk.
Share:

0 comments:

Post a Comment