Kamis terik adalah saksi atas pertemuan kita.
Ketika banyak manusia terjebak dalam kafe memilih berteduh disana, sedangkan aku dengan waktu senggang yang cukup lama memilih pohon sebagai atap.
Kamu berjalan tergesa-gesa menghindari tatapan matahari. Berlari mengumpat di bawah pohon rindang sedang peluh mengucur deras membasahi kaos abu-abu yang melekat ditubuhmu.
"Gila, neraka bocor kali ya." Kamu mengumpat namun tangan tetap lincah bergerak-gerak menciptakan angin. Aku tertawa, kelepasan.
Kamu melirik kesamping, ke arahku.
Sedangkan yang ditatap hanya mampu memandangi sepatu, malu.
"Kenapa sepatunya? Kotor?" Katamu mencoba mendinginkan suasana. "Itu dari tadi lo ngeliatin sepatu, atau lo lagi nyari duit receh jatuh?" Katamu seakan pertanyaan sebelumnya sudah terjawab
Aku menoleh, mengunci pandangan pada matamu yang dalam, lalu senyum itu segera terukir dari bibirmu, dan aku tersentak.
"Hahaha," kamu tertawa, "keliatan banget lo takut sama gue." kamu menyentuh rambutku lembut.
"Maybe today we are stranger, but the next day I hope not. See yaa when I see you."
Kejadiannya sangat cepat, setelah itu kamu berlari menghindari amukan matahari, hilang.
0 comments:
Post a Comment