Thursday, February 1, 2018

Draft 1.2

Untuk tuan yang apabila ditukar dengan 100 Dilan, aku tak mau.

Ini kali ketiga kamu menjadi objek aksaraku. Kali pertama ketika aku tak mau menyukaimu, kali kedua tentang kedilemaanku menunggu atau pergi, dan kali ketiga tentang kamu yang tak akan kutukar walau 100 Dilan ada digenggamanku.

Ketika Dilan akhir-akhir ini menjadi sebuah perbincangan remaja yang digelayuti monyet merah jambu, dan menjadikan Dilan sebagai kambing hitam memulainya percakapan, aku memilih untuk diam.

Mengapa tuan?

Karena kamu, kamu adalah alasan mengapa Dilan tak menjadi objek yang kugemari, juga karena Iqbal yang memerankan sosoknya, aku tak tertarik.

Tetapi karena pengarang Dilan, Pidi Baiq terhormat, aku mampu menuliskan roman picisan yang menyebalkan.

Persamaan tokoh Dilan denganmu, tuan, adalah mampu membuat hati lawan mainmu jumpalitan.

Dilan dengan sikapnya yang tak terduga, penuh kehati-hatian, namun manis.

Tuan dengan gelap dan terang yang menyayat dengan sentuhan ironi dan sinisme, namun aku suka.

Tuan, seandainya dirimu kujadikan sebuah buku, mungkin tak lebih dari setengah buku Dilan. Hanya beberapa lembar imajiku dan selusin kalimat kasar milikmu.

Dan ditutup dengan tangisan patah hati milikku, seperti yang Milea lakukan ketika kalian mengakhiri cerita tersebut.

Share:

0 comments:

Post a Comment