"Eh... Eh.. Liat deh kulit gue iteman ya? Duh pasti kumel banget deh!" gerutunya.
"Nggak kok, biasa aja. Emang kenapa kok panik gitu?"
"Nanti gue gak cantik lagi kalo item."
Tulisan ini muncul begitu saja saat kemarin saya sedang mendandani teman-teman untuk keperluan pementasan. Pementasan teater identik dengan
makeup super tebal, terutama pembuatan garis-garis di muka (
face contouring) dengan menggunakan warna gelap seperti cokelat tua.
Tiba-tiba saya merenungi produk
contouring dan bertanya-tanya.
Kalau warna kulit muka gue segelap cream tersebut gimana ya?
Terbesit kekhawatiran yang sebenarnya sangat tidak penting dalam benak saya. Ya wajar saja, dari dulu, di lingkungan tempat saya tinggal, bukan hanya di sana saja, tepatnya di Indonesia, warna kulit menjadi salah satu kriteria standar kecantikan perempuannya.
Untuk saya yang memang warna kulitnya tidak terlalu gelap mungkin hanya menjadikan topik tersebut sebagai angin lalu. Namun saya kembali berpikir, hal ini ternyata pernah adik saya alami saat
masih kecil, yap.
Sedikit kilas balik, saya dan adik memang dulu memiliki warna kulit yang cukup kontras. Saya dengan kuning langsat yang cenderung terang dan adik saya cokelat gelap. Yah, lagi-lagi hal tersebut menjadi konsumsi orang-orang sekitar untuk bahan perbincangan mereka. Salah satunya adalah tetangga saya.
"Eh Bonyok, sini main.."
Ya benar, oleh 'orang' tersebut adik saya dipanggil Bonyok. Dulu ketika saya masih SD, saya belum mengetahui arti kata bonyok. Lalu dengan ekspresi muka lugu serta keingintahuan besar saya bertanya kepada yang bersangkutan.
"Emang bonyok artinya apa sih, Bu?"
Beliau tidak menjawab. Memang pada saat itu, adik saya sempat jatuh dan bibirnya luka. Mungkin itu maksudnya. Tetapi, seiring berjalannya waktu, luka pada bibir adik saya sudah sembuh panggilan tersebut tetap melekat kepadanya.
Hari ini, setelah saya merenungi produk
contouring, saya iseng mencari arti kata tersebut untuk memastikan dan menghindari dari sikap berburuk sangka.
Menurut KBBI, bonyok memiliki arti
memar dan lunak (tentang buah dan sebagainya); sangat lembek dan agak busuk (tentang makanan, ikan, dan sebagainya)
Buah yang agak busuk atau buah yang terlalu matang sehingga akan busuk mulai mengalami perubahan warna pada kulitnya menjadi kehitaman. Lalu saya berpikir, loh ini gak salah 'orang' itu berkata tersebut? Jadi selama ini adik saya dirundung!
Pantas saja, mulai SD akhir ia benar-benar rajin melakukan perawatan kulit, untuk anak SMP (saya) hal tersebut benar-benar memukau saya.
"Widih.... Adek gue rajin banget. Kalah deh gue.." begitu pikirku.
Alhamdulillah, usaha dan sabarnya membuahkan hasil, warna kulitnya menjadi terang. Tidak saya pungkiri sih, ini ada kaitannya dengan gen ayah dan ibu saya yang memang kedua warna kulitnya putih, mungkin saja kan seiring berjalannya waktu warna kulit adik saya memang bisa lebih terang, tetapi ditambah dengan 'kerajinan' dia untuk melakukan perawatan sehingga hasilnya bisa dilihat tidak terlalu lama.
Yah, Dik. Mau warna kulitmu hijau, biru, atau pink, di mata kakakmu stigma tersebut tidak berlaku. Kamu tetap cantik, lucu, imut, dan menggemaskan kok.
Iya iyaaa. Pesan tersebut tidak hanya akan saya sampaikan kepada orang lain, saya juga akan membenarkan pola pikir tersebut terhadap diri saya yang juga sering berkata:
"Eh... Eh.. Liat deh kulit gue iteman ya? Duh pasti kumel banget deh!" gerutunya.
"Nggak kok, biasa aja. Emang kenapa kok panik gitu?"
"Nanti gue gak cantik lagi kalo item."
Memang sulit sih untuk menghilangkan rasa
insecurity dari diri sendiri, lagipula hal tersebut adalah lumrah dimiliki manusia. Tentunya dengan kadar yang pas ya...